
Karya di atas bukan foto, namun beberapa karya modeling 3D dari Sinar Tauladan siswa kelas XI Animasi yang saat ini sedang mengikuti project industri di Keitoto Studio. Karya tersebut juga sudah masuk di protofolio Studio Keitoto (https://instagram.com/studiokotte). Jalinan komunikasi dengan mas Malik, Founder Keitoto Studio kami perkuat. Menurut beliau progres Sinar bagus sekali. Inilah yang saya impikan sejak dulu, ketika kompetensi siswa benar-benar dibutuhkan oleh industri dan tidak ada komplain menjadi penilaian yang lebih bermakna.
Sinar Tauladan merupakan salah satu siswa yang sudah melakukan proses magang selama 6 bulan di Keitoto dan berlanjut project industri selama 6 bulan juga. Apa yang membedakan antara magang dan project industri? Keduanya hampir sama. Namun, saat Sinar Tauladan melakukan magang atau Praktik Kerja Lapangan, ia tidak mendapatkan gaji, ketika ia sudah mengikuti project industri Sinar mendapatkan gaji. Pada kegiatan project industri, levelnya lebih tinggi karena Sinar mendapatkan tanggung jawab yang lebih tinggi untuk menyelesaikan project-project menangani modeling 3D langsung dari klien. Tentu saja dibutuhkan kemampuan yang lebih dari aspek hard skill maupun soft skill. Seorang siswa yang sudah diterima pada program project industri sudah dipastikan dari kompetensinya memiliki hard skill dan soft skill yang lebih baik. “Saat ini Sinar Tauladan membantu kami membuat produk-produk furniture, produk-produk serba guna dan advertising,” ungkap Mas Malik.
Dalam komunikasi melalui WhatsApp saya juga mendapatkan informasi perkembangan siswa lainnya. “Yosa dan Reza sebetulnya potensinya bagus sekali, hanya saja mungkin mereka kurang passionate dengan industri ini. Jadi mungkin akan saya arahkan ke pembuatan produk icon-icon. Untuk Alfa dia cenderung ke arah produk icon-icon,” ungkap Mas Malik yang memberikan penjelasan secara detail. Mas Malik juga mengirimkan contoh karya Muhammad Fahreza yang dipandang memiliki progres yang sangat baik.
Berikut merupakan beberapa point penting yang menjadi perhatian dan inspirasi bagi saya selaku pendidik. Pertama, pihak industri begitu detail dalam memberikan penilaian, bahkan penilaian tersebut tidak berupa angka. Namun penilaian kualitatif tersebut yang justru mampu memacu kompetensi siswa. Inilah yang disebut feedback. Kedua, pihak industri meskipun menemukan ada siswa yang masih kurang kompetensinya, namun masih punya keinginan yang tinggi untuk tetap membimbing sambil mencari cara yang terbaik yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Pola ini patut menjadi contoh untuk diterapkan di dunia persekolahan. Ketiga, pihak industri lebih menitikberatkan pada karya dan bagaimana kualitas karya yang dibuatnya. Hal ini juga patut dicontoh di dunia persekolahan bahwa kinerja dan karya menjadi point penting sebagai tolok ukur penilaian siswa.
Penulis : Diyarko, Guru SMKN 11 Semarang
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd., Guru SMKN 1 Tuntang
Komentar Pengunjung